Friday, 14 December 2012

Tantangan 2: All Things Bright and Beautiful

Rekan-rekan , sambil menunggu realisasi tantangan 1 Indonesia Pusaka yang masih dalam proses, berikut kita ajukan tantangan berikutnya dengan harapan semua menjadi lebih 'panas', inilah lagu :
All Things Bright and Beautiful sebuah lagu hymne dari jaman Anglikan.

Lagu ini dulu pernah dinyanyikan oleh beberapa rekan pada saat masih berada di PSM Undip.  Berikut adalah lagu tersebut  yang dinyanyikan oleh kelompok Paduan Suara Libera (Paduan suara anak anak) yang bisa kita jadikan patokan dalam belajar.



Dan ini partiturnya:




Silakan dipelajari ya rekan rekan..kita buktikan kita sanggup menyanyikan lagu ini.. Keep singing.....!!!!!!!

Monday, 10 December 2012

A Note from the Past, catatan yang menginspirasi


Berikut adalah tulisan yang selalu saya baca saat ingin mengobarkan lagi mengenai hal yang tak mungkin ternyata menjadi keajaiban yang tak terbantahkan, semoga mimpi kita tidak berhenti hanya untuk mimpi. Kenyataan di depan adalah realisasinya :)

just my impression about my superteam in VICC 

we are not the richest team,
we are not that team with the best vocal technics,
we are not the perfect one.
we are just the one who brave to dream,
who put our faith in God to face reality,
we are the one who sing happily for our Maestro..
Kami melakukan semua ini karena mimpi. Dan benar, kini aku lihat ke belakang apa yang telah kami lalui,semua seperti mimpi..

Facts about us in 1stVICC, kami:
pertama kali mengikuti kompetisi internasional
1. mempersiapkan lomba dgn latian intensif hampir selalu 6x seminggu selama 4-6bln
2. mengusahakan dana dgn banting tulang supaya kmi bisa menggapai mimpi kami
3. kami ngamen, ngawul, cari donatur, sponsor (standar ya)
4. saat kami brgkt kami msh bingung akan nginep dimana slm di HCM, mau naik apa dr HCM-Hoi An
5. satu2nya tim yang menempuh perjalanan darat bis dari Ho chi minh ke Hoi An dgn jarak sekitar 1000km yaitu 21jam (PP 42jam). tim lain naik pesawat
6. memilih akomodasi ekonomi1 yang notabene paling murah
7. selama kompetisi kami tinggal di hotel yang bau, bahkan kamarku dodol dowel. tapi nyaman sih hehehe
8. selama di vietnam bener2 ngirit duit u makan, nasi+telor jadi menu hampir tiap hari
9. untuk 5 kali penampilan kompetisi+2kali konser kami cuma pake 2setel kostum
10. kami selalu berdoa bersama setiap pagi, sebelum lomba, setelah lomba, setiap malam.
11. Febri mulai masuk RS pd tgl 16, kami slalu berdoa buat dia, bbrp org bergantian u jaga di RS
12. tgl 17 dalam 1 hari kami mengikuti 4 kategori nonstop
13. hasilnya kami dpt 2 gelar champion, dgn 3gold, 1 silver
14. di kompetisi final (category winners) kami satu2nya kontingen yg naik ke panggung hanya pake kaos kontingen dan nyeker (tanpa sepatu)
15. di kompetisi final jadi peserta dgn sambutan paling meriah, semua memekikkan INDONESIA! INDONESIA!
16. sementara tim lain bnyk nyanyi lagu klasik dan serius, kami milih monci (lagu rakyat jateng yg lucu) dan circle of life (pop)
17. sekali lagi setelah kami nyanyi, sambutanny sgt meriah bahkan bbrp juri+pnonton standing applause
18. bnyk org indonesia maupun asing mmberi pujian, wartawan vietnam nguber2 u wawancara
19. kami sgt sedih g bisa ikut closing ceremony karena harus ngejar pesawat naik bis ke HCM
20. kami dpt kabar kalo kami champion of champions di prjalanan di tmpt makan, smntara di hoi an di closing ceremony Indonesia Raya dikumandangkan, diwakili oleh 2anggota kami yg ditinggal.
21. kami nangis, ketawa, pelukan, berdoa bareng, nyanyi Indonesia Raya bareng di tmpt makan. orang2vietnam bingung hehe
22. malam itu kami jg dpt kabar mengenai febri, ada 2 hal yg begitu kontras, kemenangan, dan kesakitan tmn kami
23. setelah sampai di Indonesia kami sama2 sowan ke rumah febri di pekalongan
24. kami terus berjuang brsama rektorat, kbri, kjri u febri
25. tiap jam 10 mlm sampai skrg kami berdoa brg2
WOW.. bersyukur bisa berada di PSM UNDIP, di tim kontingen VICC..
we are really one family.

i learn many things,
to love,
to dream high,
to work hard and struggle,
to be leader,
to be a servant,
to accept both people's plus and minus alltogether,
to love our nation Indonesia more,
to hope and pray everytime,
to be grateful in every circumstances,
that God could do more than what we ever thought.

apa yg kamu tabur itu yg akan kamu tuai
smakin dekat kamu kenal orang, smakin keliatan baik dan buruknya, ga ada yg sempurna, kuncinya adalah u menerima
belajar dari kelebihan orang lain, dari kesalahan orang lain
u jadi seorang pemimpin yg baik, harus mau jadi pelayan
kesatuan dan keteguhan jauh lebih brharga dari uang dan teknik vokal
di Indonesia smua terasa biasa, tp di luar, kamu akan jd sgt cinta negaramu
get well soon feb..
maybe this is my last experience with PSM UNDIP after 3,5years together..
i will never forget this memories, i thank God that i was among them who made a history of PSM UNDIP
Gbu friends, Gbu PSM UNDIP


Tulisan ini hanya sebuah tulisan dari seorang pelaku yang tengah merasakan kebahagiaannya. Tetapi semoga keajaibannya tidak pernah hilang ditelan masa yang berlalu.
Trima kasih untuk Marga Anugerah dan maaf sharing tulisanmu tanpa ijinmu :)

Wednesday, 5 December 2012

Sebuah Catatan: Sayapun Pernah Menjadi Bagiannya


(sebuah tulisan dari Septy Dompas (alumni PSM Undip periode 2000-2004)



Seorang teman lama saya, teman kuliah, mengganti status bbnya suatu malam.. kira-kira begini bunyinya “nyesel, dulu males latian psm L” Tidak seberapa lama, status-status dari teman teman lain bermunculan.. “I (was) am member of PSM Undip” …“great psm… proud of you all”… atau “rindu menyanyi lagi”.

Yeeeesss.. semua itu adalah status para alumni PSM Undip saat PSM Undip tampil tayang di kick andy Metro TV. Saya tidak tahu pasti perasaan mereka masing2 malam itu,  yang jelas buat saya sendiri malam itu adalah malam dimana ada suatu gelora lama yang muncul kembali. Rindu menyanyi, rindu membaca partitur, rindu berkumpul, rindu memakai kostum dan rindu “deg2”an memasuki panggung lomba or sekedar pentas di BI pada saat upacara hari kemerdekaan atau wisuda universitas.

Bangga, yaahhh.. sangat bangga saat melihat PSM Undip mulai mengepakkan sayapnya lebih lebar lagi. Meskipun  ada rasa “gelo” juga, kenapa saya tidak menjadi bagian (ikut menyanyi)nya sekarang? Kenapa dulu belum se hebat ini?? Hahahaa…

PSM UNDIP, tempat ini adalah separuh dari hidup saya saat kuliah. Keadaan PSM Undip saat itu tentu saja jauh berbeda dengan PSM Undip sekarang. Ketiadaan pelatih tetap saat itu cukup berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas anggotanya. Sangat bersyukur bahwa di masa itu masih ada alumni yang sangat concern dan rela hati melatih kami, Mas Cecep J. Dukungan sangat minim kami terima dari pihak universitas. Saat ini setelah waktu berlalu, baru saya mengerti bahwa politik ternyata tidak hanya di dunia pemerintahan. Dalam dunia politik, dukungan berbanding lurus dengan “keuntungan” yang akan di dapat. Seberapa besar pride dan value yang akan didapat oleh si pendukung. Karena paduan suara itu menurut saya masih segmented, banyak orang tahu paduan suara tapi tidak bisa menghayati bagaimana paduan suara itu bisa sedemikian, bagaimana bisa disajikan sedemikian, bagaimana prosesnya hingga bisa sedemikian.. That’s why, perjuangan itu perlu dilakukan demi menghadirkan pride and value, baru ada dukungan.

Bagi saya semuanya itu sama sekali bukan alasan untuk disesali, bahkan saya bangga menjadi bagian PSM terdahulu. Semua adalah proses, seperti seekor ulat yang awalnya ditakuti karena merusak daun-daun, menimbulkan gatal2 bagi orang yang tak sengaja memegangnya, kemudian menjadi kepompong, yang bagai mahkluk mati tapi bernyawa, mematangkan kekuatan sayap, menyempurnakan bentuk tubuh. Kemudian pada saatnya akan melepaskan diri menjadi kupu2 yang indah, yang dikejar2 oleh anak2 kecil di taman bunga, bahkan menjadi incaran fotografer untuk dapat mengabadikan kepakan sayapnya yang indah.

Tugas kami saat itu adalah menjaga eksistensi, bahwa Paduan Suara Mahasiswa Universitas Diponegoro itu ada, kami hidup dan kami berkarya. Berkarya diantara banyak karya2 lain yang saling kejar mengejar untuk menjadi yang terindah, untuk mendapatkan pengakuan dan dukungan dengan kekuatan seadanya.

Tapi, lebih dari semua itu, bagi anggota PSM Undip, kepuasan kami sejatinya bukanlah berujung pada sebuah pengakuan. tapi di kala kami bisa makin mencintai seni, bernyayi adalah hidup kami, teman2 anggota PSM adalah keluarga dan PSM Undip adalah rumahnya. PSM undip adalah tempat belajar bagaimana hidup sesungguhnya suatu saat nanti.

Pertama, belajar bertoleransi. Yang suaranya merasa bagus tidak perlu keras-keras yah kecuali kalo lagi solo… yang suaranya pas pasan jangan nggandul2.. yang lebih pintar baca notasi ajarin yang agak lemot, yang lemot jangan putus asa untuk belajar terus.
Belajar membiasakan diri dengan sesuatu yang baru (perubahan). Tuntutan belajar banyak lagu dengan aransemen yang variatif, kadang membuat stres. Satu sisi tanggung jawab dalam perkuliahan tetap harus diprioritaskan. Apa jadinya bila paduan suara malas belajar lagu2 baru? (Masa lagu “kicir-kicir” terus  sepanjang masa, hehehe)
Belajar bertanggung jawab. Setiap anggota paduan suara mempunyai tanggung jawabnya sendiri-sendiri, baik saat menyanyi maupun berorganisasi. Saya yakin dan percaya, teman2 yang dahulu bertanggung jawab besar saat ‘hidup’ di PSM, saat ini pasti dipakai di masyarakat dan dunia pekerjaan untuk memikul suatu tanggung jawab besar juga.. (ngaku hayoo, alumni PSM Undip yang dijadiin ketua RT saat ini siapa? Yang jadi manager siapa? Yang jadi enterprenur siapa? Hihihhi)
Belajar tidak menyerah, ini sangat penting dalam hidup. Kegagalan awal keberhasilan (itu klise), saya lebih senang mengatakan bahwa “kegagalan itu anugerah indah supaya kita bisa mengerti dan memahami arti kesuksesan kemudian kita dapat mensyukurinya dengan rendah hati”. Saya bersyukur Tuhan tidak tinggal diam, Dia perlahan tapi pasti membawa psm undip berkembang menjadi kupu-kupu, meskipun saya tidak menjadi bagiannya sekarang, tapi saya dan teman2 pernah menjadi ulat, pernah menjadi cangkang kepompong yang dengan bangga mengantarkan kupu-kupu mengepakkan sayapnya.
Dan karena kita adalah bagian dari mereka, saya rasa tidak ada bagian dari alumni PSM Undip yang mengharapkan pride atau value demi mendukung adik-adiknya sekarang, karena kita mencintai organisasi ini dengan ketulusan, tidak peduli apakah ada keuntungan atau tidak bagi kita. Kita hanya perlu menyisihkan waktu dan pikiran kita saja demi mendukung kemajuan mereka.
Bagi adik2 anggota PSM Undip yang saat ini masih aktif, yang mungkin sempat membaca note ini. Jangan sia-siakan waktu kalian di PSM Undip, raih sebanyak-banyaknya hal positif di rumah kita ini. Raih pengalaman, carilah nilai-nilai kehidupan dari rumah kita ini, supaya suatu saat kalian tidak menyesal telah menyia-nyiakan kesempatan menjadi bagian PSM. Supaya kalian merasakan kebanggaan. Seperti saya bangga pernah menjadi bagiannya.
* catatan ini sudah mengalami perubahan dari aslinya tanpa mengurangi makna dari tulisannya